LEGEND OF AWAKENING
Network: iQiyi
Aired: 23 April 2020
Berdasarkan novel ‘Heaven Awakening
Path’ ditulis oleh Hu Die Lian
(info dari mydramalist.com)
Pemain Utama:
Arthur Chen – Lu Ping
Ancy Deng – Su Tang
Cheng Xiao – Qin Sang
Dylan Xiong – Yan Xi Fan
Jerry Yu – Mo Lin
Shang Xuan – Ling Zi Yang
Setapak demi setapak, telapak kaki berdarah
dari Lu Ping, dengan rantai terputus masih mengikat kakinya, berjalan terseok di
lembah gunung bersalju. Lu Ping tidak sendiri, dia menggendong Su Tang di
punggungnya.
Lu Ping sudah sangat kelelahan dan terjatuh.
Dia bertanya pada adiknya, ‘Su Tang, apakah kamu baik-baik saja?’, ‘Kak, aku
agak lapar’. Lu Ping mengambil serbuk salju, dan memberikan ke adiknya, ‘Anggap
saja ini permen, agar membantumu makan…’. Setelahnya, sang kakak kembali menggendong
adiknya dan berjalan. ‘Kak, kita mau ke mana?’, ‘Ke mana saja yang bisa membuat
kita bertahan hidup…’
Negara bagian sedang berselisih dan dunia
menjadi kacau balau. Zhai Wei dari kerajaan Dan memberontak and manjadikan
marga Shuo berkuasa. Shuo berdiri berseberangan dari kerajaan Dan yang mundur
ke arah utara. Dalam kondisi yang kacau, tren mempelajari ilmu bela diri dan
tenaga dalam meningkat. Para pejuang mempelajari ilmu bela diri dan tenaga
dalam.
Tenaga dalam terbagi dalam:
Visi, Suara, Energi, Pivot, Kekuatan dan
Mental, ‘Keenam Tenaga Dalam’
Visi berdasar pada penglihatan. Mereka yang
menguasainya memiliki ketepatan dan kedalaman atas obyek yang dilihat. Seperti
menggulung sutra dari kepompong. Tidak ada utas yang tidak terurai.
Suara berdasar pada kemampuan membedakan sumber
suara. Mereka yang menguasainya mampun mendengarkan sekitar dengan sangat
jelas. Meski dari jarak ribuan meter, mereka dapat menemukan asal suara.
Energi mengutamakan keseimbangan. Mereka yang
menguasainya dapat bergerak seringan udara. Mereka dapat bergerak lebih cepat
dari anak panah.
Pivot terletak pada kemampuan mengenali rasa. Mereka
yang menguasainya memiliki ribuan kali lipat kemampuan untuk merasa dan mencium
bau. Mereka bisa membedakan banyak jenis racun dan tanaman obat.
Kekuatan berkonsentrasi pada tenaga. Mereka
yang menguasainya mampu mengangkat gunung, memindahkan daratan dan sungai.
Mereka tidak akan terhentikan.
Mental berkonsentrasi pada kekuatan pikiran.
Mereka yang menguasainya bisa mengatur pikiran orang lain. Kekuatan ini adalah
yang paling misterius dari seluruh ke enam tenaga dalam. Mereka yang
dipengaruhi pikirannya akan kehilangan akal sehatnya. Meski sudah berlatih seumur
hidup, tetap sulit bagi ahli bela diri untuk menguasai keenam tenaga dalam ini.
Legenda menceritakan bahwa ada yang mereka
yang lahir dengan penggabungan keenam tenaga inti. Meski demikian, mereka
sangatlah sulit ditemukan. Mereka disebut ‘Sang Pembangkit’
Di puncak sebuah bukit, di perguruan Beidou, Jendral
Qin Qi dikelilingi anggota pasukannya terlihat sedang melawan para pendekar berbaju
putih. Wen Ge Cheng, sang penasihat Jendral, memberi masukan untuk jurus yang dipakai dan tenaga
inti apa yang musti difocuskan untuk menerobos jurus ini. Jendral Qin Qi nyaris
mengalahkan semuanya sampai Tetua Li Yao Tian mengambil pedang dari tangan
Jendral. Selesai berlatih, Jendral Qin Qi memuji Tetua Li Yao Tian untuk jurus yang baru
dibuat. Sementara Tetua Li Yao Tian memuji Wen Ge Cheng yang menggunakan Pivot
untuk membedakan jenis tenaga dalam yang digunakan dalam setiap gerak.
Jendral Qin Qi mengutarakan maksud
kedatangannya. Kaisar meminta Tetua Li Yao Tian untuk bergabung dan mendidik prajurit
Kekaisaran. Kaisar akan memberikan jabatan kehormatan apabila Tetua Li Yao Tian
menerima tawaran ini.
Dalam perjalanan pulang, penasihat Wen Ge Cheng
meminta maaf pada Jendral Qin Qi karena tidak berhasil membujuk Tetua Li Yao
Tian, dan mengatakan bahwa meski pun Beidou menghasilkan pendekar dengan
kemampuan terbaik, masih banyak perguruan lain yang bisa direkrut. Jendral Qin
Qi mengatakan kalau dia lebih tertarik pada mereka-mereka yang memiliki
kemampuan luar biasa.
Jendral Qin Qi mendengar suara dari balik
rerumputan tinggi dan menembakkan anak panah ke sumber suara tersebut. Seorang gadis muda dengan aliran tenaga dalam
mengalir di matanya mengambil pedang dan membelah tepat di tengah. Dia berlari
ke arah Jendral Qin Qi.
Penasihat Wen Ge Cheng menghormat kepada si
gadis, ‘Baru beberapa hari berlalu, kemampuan Visi Nona Qin Sang berkembang
pesat’. ‘Kak, kakak tadi memanahku, untung aku mengelak. Tapi bagaimana kalau
kena Zi Yang?’ Jendral Qin Qi memarahi adiknya dan menegur Zi Yang. Qin Sang
memeluk lengan kakak, dia mengikuti karena ingin mempelajari kepemimpinan
kakaknya agar bisa membantu di masa depan, ‘Bukankah demikian pak penasihat?’.
Penasihat Wen Ge Cheng tersenyum dan memuji Qin Sang. Tiba-tiba Asisten Jendral menghampiri dengan
membawa surat. ‘Jendral, ada pesan dari daerah Chan, mereka diserang dengan
tenaga yang tidak dikenal dan berharap Jendral bisa datang membantu mengatasi
serangan ini’. ‘Siapa yang berani menyerang?’ sang Jendral bertanya. ’Gerombolan
Shanhai’, jawab asistennya. ‘Kita akan melewati kota Chenqiao. Minta mereka
untuk bertemu di kota itu’. ‘Aku ikut’ sela Qin Sang. Jendral hendak memarahi
dan melarang adiknya, tetapi membatalkan niat itu dan mengizinkan sang adik
ikut. Pasukan Jendral berarak menuju kota Chenqiao.
‘Kegagahan Zhaifeng akan mengalahkan kegagahan
Beidou’ terdengar teriakan yel-yel dari para murid perguruan Zhaifeng yang berlatih
berlari sambil membawa keranjang berisikan batu. Tiba-tiba si pemimpin berhenti
dan berbalik arah. ‘Ow, berat! Aku sudah tidak kuat lagi. Aku sudah tak mau
bergerak!’. Lu Ping duduk di sisi jembatan dan menolak meneruskan latihannya.
Para murid mengelilinginya. ‘Kak, aku bisa bawakan keranjangmu,’ kata Su Tang. Xi
Fan menegur, ‘Tidak, tidak boleh membawakan keranjangnya. Kita harus latihan
berlari 5 kilometer setiap harinya’, ‘Ayo lari!’.
Lu Ping membalas, ‘Kakak
adalah murid tertua. Bahkan Guru memuji tenaga dalam kekuatan Kakak. Tidak adil!’ Rekan seperguruan
menjawab, ‘Lu Ping, bahkan Su Tang itu seorang gadis. Kamu dengan postur
setinggi 1.8 meter apa tidak malu?’ ‘Betul itu!’ teriak para murid lainnya. ‘Lu
Ping kalau kamu begini terus bagaimana kita bisa mengalahkan Perguruan Beidou?’,
‘Kak, Perguruan Beidou itu apa?’. ‘Perguruan Beidou itu perguruan papan atas. Kita
di Zheifeng, seragam saja dari kain bertambal. Kalau kita terus berteriak
seperti ini, kita hanya akan menjadi bahan tertawaan saja’. ‘Betul!’ timpal
para murid lainnya. Su Tang berdiri membela Lu Ping, ‘Kakak aku terluka. Kalau
kalian mau melawan, lawan aku!’. ‘Xi Fan, pinggang aku keseleo. Aku tidak ikut
latihan hari ini.’, ‘Hah, alasan basi! Tidak ada murid di Zhaifeng yang boleh
mangkir. Tidak seorang pun, termasuk yang paling malas. Ayo bangun, jalan!’
tegas Xi Fan. Dengan sangat segan, Lu Ping pun berdiri melanjutkan latihan.
Pasukan Jendral Qin Qi tiba di kota Chenqiao. Penasihat
Wen Ge Cheng mengintip dari balik tirai
kereta mengamati para penduduk kota. Para pelajar perguruan Zhaifeng berdiri di
depan jalan yang diblokir. Lu Ping melihat wajah Wen Gencheng, mengingatkan saat dia dirantai di penjara dan
melihat sosok penyelamatnya. Dia melihat adiknya dan berdua mereka mundur, ‘Itu
Wen Ge Cheng’. ‘Kamu yakin kak?’. ‘Aku yakin, aku sudah mencari tahu. Buat Xi Fan
sibuk, aku akan segera kembali’, kata Lu Ping sembari berbalik mencari arah
pasukan berjalan.
Xi Fan berbalik pada para murid, ‘Sepertinya,
kita tidak bisa lanjutkan rute ini. Kita berbalik dan berlari ke arah Barat.’
Xifan melihat sekeliling, memastikan regunya lengkap. ‘Mana Lu Ping?’, tanya Xi
Fan pada Su Tang yang berdiri sendiri. ‘Lagi ke kamar kecil’ Su Tang menjawab
seraya berusaha mencegah Xi Fan mencari Lu Ping. Tidak berhasil. Xi Fan berlari
mencari Lu Ping, dengan menggunakan tenaga dalam suara. Xi Fan berhasil
mendeteksi suara kaki Lu Ping.
Jendral Qin Qi sampai di pos perhentian kota
Chenqiao dan disambut pejabat dan Gubernur Wei. ‘Jendral, Anda pasti lelah.
Mari kita masuk, kami telah menyediakan jamuan besar untuk Anda’. Jendral Qin
Qi menjawab, ‘Ada yang meninggal dan kalian masih punya selera makan?’. Gubernur
Wei tidak bisa berkata-kata kecuali menyilahkan Jendral.
Lu Ping melihat para tamu memasuki rumah Gubernur
Wei. Dia mencoba masuk, tapi dihalangi prajurit yang berjaga. Asisten Jendral
bertanya keperluan Lu Ping. Lu Ping ingin bertemu dengan penasihat Wen Ge Cheng
untuk menyampaikan berita penting. Asisten Jendral menolak dan menyuruhnya
pergi.
Jendral Qin memegang sebuah lencana.
‘Ini apa?’, ‘Itu adalah lencana gerombolah Shanhai’. ‘Lencana ini untuk apa?’,
‘Kami tidak tahu, Jendral. Setelah menerima badge ini beberapa perkumpulan di
dunia persilatan biasanya menghilang atau dibantai. Perkumpulan Feng Ling dekat
daerah Chan mengirimkan surat menyatakan mereka menerima lencana ini dan
meminta kami membantu mereka.’ Pejabat berkata, ‘Jendral Qin Qi aku rasa ini
hal yang sangat tidak biasa, karenanya kami meminta bantuan Jendral.
Penasihat Wen Ge Cheng menyampaikan
kalau ini hanyalah sekedar pertentangan antar kelompok, lebih baik tetap Jendral
tetap fokus pada Kompetisi Pertarungan Tenaga Dalam yang akan diselenggarakan
dalam waktu dekat. Qin Sang menyela
seharusnya pemerintah berusaha membantu rakyat, apalagi ada korban jiwa.
Jendral Qin Qi menegur adiknya agar tidak membantah ucapan penasihat. Penasihat Wen Ge Cheng menjelaskan
bahwa dunia persilatan memiliki aturan main tersediri. Kalau seorang Jendral
menintervensi dunia persilatan, maka dia justru menggangu aturan yang ada. Gubernur
Wei mempunyai prasarana dan prajurit yang terlatih, juga surat ditujukan kepada
Gubernur. Sudah selayaknya Gubernur Wei menyelesaikan masalah ini. Mendengar
hal itu, para pejabat dan Gubernur Wei berlutut dan meminta maaf bahwa mereka
bertindak tanpa berpikir dengan meminta Jendral Qin Qi mengatasi masalah ini. Jendral
Qin Qi memutuskan masalah diselesaikan oleh Gubernur Wei dengan bantuan dari penasihat
Wen Ge Cheng. Qin Sang ditegur karena bersikap tidak hormat dan diperintahkan
pulang. Qin Sang berpikir kalau kakaknya tidak menyelesaikan, dia akan mengambil
alih.
Lu Ping berusaha meloncati pagar
kediaman Gubernur. Saat tangan Lu Ping nyaris berhasil meraih atap pagar,
pinggangnya ditarik Xi Fan. Xi Fan mengingatkan Lu Ping untuk tidak mencari
masalah dengan pemerintah, karena hukumannya mati. Saat bersamaan, penasihat
Wen Ge Cheng memerintahkan para prajurit untuk menyelesaikan kasus ini sampai
ke akarnya. Lu Ping mencoba mengejar kereta Wen, dan kembali ditarik Xi Fan,
‘Aku belum selesai dengan mendisiplinkanmu.’
Para pelajar Zhaifeng kembali dari
latihan. Murid yang ada di perguruan Zheifang menyapa Xi Fan. Xi Fan berjalan
dengan muka serius, dan menanyakan apakah Lu Ping ingat ajaran dari Guru Guo.
Lu Ping bersandar di papan latihan, ‘Xi Fan, aku kan bodoh. Mana aku ingat
ajaran Guru?’ ujarnya sambil tertawa.
Xi Fan mendesah, lalu melihat salah
satu rekannya, Shitou, membawa dua buah kendi minuman dengan tutup berkoin. Shitou
melempar salah satu kendi ke udara. Xi Fan memanah kendi dengan bantuan tenaga dalam
visi, tepat pada sasaran. Dan mengambil anak panah kedua untuk memanah koin
tepat pada bundaran tengah dan menancapnya di atas patung di halaman tempat
berlatih.
‘Guru mengajarkan kita untuk melatih
satu tenaga dalam dasar, lalu beranjak pada tenaga dalam kedua dan akhirnya
kita harus mampu menguasai kelima tenaga dalam tersebut. Aku hanya menggunakan tenaga
dalam visi untuk melihat arah sasaran.
Lu Ping, Guru juga mengajarkan memanah pada kita. Hari ini, kalau kamu berhasil
melakukan apa yang aku lakukan, aku tidak akan menghukummu’, kata Xi Fan sambil
memberikan busur pada Lu Ping.
Lu Ping menyetujui dan mulai memanah. Kendi
terjatuh dan pecah tanpa kena anak panah, sementara anak panahnya sendiri
meluncur dan tertancap di kolam. ‘Kau lihat kan? Aku itu tidak berbakat. Anak
yang tidak berbakat sebaiknya bergulingan saja di tanah, lalu mencari pohon dan
memeluknya. Kalau saja Xi Fan tidak menahan, aku pastinya sudah ikut pasukan
Jendral ke Kaifeng dan hidup berkecukupan’.
‘Kamu anggota perguruan Zheifang. Kamu
harus menghomati aturan yang berlaku. Meski kamu tidak tekun, kamu tetap tidak
boleh mangkir, itu aturan pertama. Sejak kamu berlatih bela diri, meskipun
tidak berbakat, kamu tidak boleh sombong, itu aturan kedua. Ketiga, dan ini
yang terpenting, kamu menggangu para pejabat. Itu melawan aturan. Kalau
pemerintah menemukan kesalahan pada dirimu, apa yang kamu pikir akan terjadi
pada rekan-rekanmu? Kamu akan dihukum. Aku tak bisa mendiamkan itu. Para murid
Zhaifeng, bersiaplah untuk menghukum Lu Ping!’
‘Kakak Xi Fan, aku tidak bisa
membiarkan kakak memukul Lu Ping’. ‘Guru sedang pergi, dan aku mewakili Guru
saat ini. Aku harus bertanggung jawab atas kejadian ini. Su Tang, kamu berbakat…’
Lu Ping menyela, ‘Kamu tidak boleh ragu (menghukum aku)’. Xi Fan meneruskan, ‘Kalau
aku ragu menjalankan kewajiban aku, apa kata Guru nanti?’. ‘Apa pun kata Guru,
aku akan selalu membela Lu Ping,’ kata Su Tang. ‘Bagus itu,’ Lu Ping
menyemangati, ‘Aku serahkan hukuman ini padamu, dik’. Lu Ping berbalik arah dan
berlari.
Tiba-tiba sebuah kendi memukul dahinya,
‘Guru…’ Lu Ping teringat saat dia terbaring di salju dan dahinya diketuk. Dia
terbangun dan melihat seorang lelaki paruh baya mengulurkan tangan. ‘Tolong,
selamatkan kami…’. Lelaki itu berkata, ‘Aku bisa menolongmu. Biayanya 5000 tael
perak’. Kembali ke saat ini, Guru Gao melarang Xi Fan memukul Lu Ping.
‘Anak berandal, sini kamu. Berlutut,
dan minta maaf ke Xi Fan. Anak ini berhutang 5000 tael perak ke aku. Kalau kamu
memukulnya sampai mati, kepada siapa aku musti minta hutangnya?’. ‘Guru, Guru
lebih parah dari Xi Fan’. Guru Gao mengurungkan niatnya memukul Lu Ping, dan
memanggil Xi Fan. ‘Xi Fan, janda pemilik Restoran Ruyu diculik para bandit dan
akan diperistri kepala bandit. Jin Ruyu punya harta banyak. Perguruan kita
bocor di mana-mana, kita harus memperbaikinya sebelum musim dingin’ bujuk Guru Gao
pada Xi Fan.
‘Para murid, tugas kalian besok akan
dipimpin oleh Xi Fan dan Su Tang’.
‘Guru, aku kan payah, apa Guru tidak
khawatir aku akan mengacaukan tugas ini?’, ujar Lu Ping.
‘Ya, kamu parah dalam bertempur. Tapi
setidaknya kamu bisa berjaga. Kamu berlaku salah hari ini. Tidak ada makan
malam buatmu, sana bersihkan dan sikat kandang kuda sampai bersih! Besok kamu
bergabung dengan Xi Fan!’
Xi Fan tidak berniat menjalankan tugas
tersebut. Guru Gao mengejar Xi Fan, ‘Xi Fan, bukannya kamu selalu mau menghukum
para pembully dan membela yang lemah? Kita tidak bisa berdiam diri’. ‘Berapa
banyak uang yang Guru inginkan?’, jawab Xi Fan. ‘Hei, pendekar harus menjunjung
keadilan. Apa yang kamu katakan itu terlalu materialistis’. ‘Guru, beberapa
tahun ini, Guru menyelamatkan beberapa orang. Tetapi Guru selalu meminta
bayaran. Itu tidak pantas’. ‘Bukannya orang kaya membuat harta dari usahanya?
Kalau semua pejuang seperti kamu, menyelamatkan orang miskin, lalu bagaimana
dengan si kaya? Siapa yang akan meminta bayaran atas tindakan kebenaran? Apakah
kebenaran membenci orang kaya dan berpihak pada orang miskin? Aku kecewa
setelah semua didikan yang aku berikan bertahun-tahun ini. Haih…’. Lalu, Guru
Gou berbisik pada Xi Fan, ‘Apa kamu khawatir tidak bisa mengatasi para bandit?
Jangan khawatir, Dewa Bandit pasti datang membantu’.
Para murid melewati kandang kuda dan
menertawakan Lu Ping. Su Tang datang mengendap dan memberikan bakpau untuk Lu
Ping. Su Tang menyesal tidak bisa menghalangi Xi Fan dan menyebabkan Lu Ping
dihukum. Lu Ping memberikan permen Osmanthus untuk Su Tang dan mengambil bakpau
hangat. Mereka makan di depan padepokan.
‘Kak, kenapa kakak tidak cerita alasan
kakak?, kata Su Tang. ‘Kenapa aku harus cerita?’, ‘Mereka tidak akan
menertawakan kakak, kalau mereka tahu alasannya’. Lu Ping teringat arah panah
yang dia tembakkan, panah tersebut tepat pada sasaran bulatan di tengah koin
yang sengaja diarahkan ke kolam, sehingga tidak ada yang menyangka kalau sasarannya
tepat. ‘Aku hanya tidak suka kalau mereka meledek kakak’, ujar Su Tang,
‘Membuat aku jadi hilang nafsu makan’. ‘Su Tang, kalau mereka mengetahui kemampuan
aku, bukannya akan menjadi beban? Mereka akan meminta aku untuk tetap tinggal.
Kan itu tidak bagus untuk kita?’, ‘Bukankah kita berniat setelah menemukan Wen
Ge Cheng, kita akan meninggalkan Perguruan Zhaifeng’. ‘Kak, apakah gerombolan
Shanhai akan menemukan kita di kota Chenqiao ini?’, ‘Jangan khawatir, Su Tang’,
‘Tapi, gerombolan Shanhai tidak pernah gagal’. ‘Adikku, kita sudah berhasil
lepas dari mereka dan tetap hidup. Kita akan punya banyak waktu menjalani hidup
kita,’ kata Lu Ping sambil memeluk adiknya.
Sang Gubernur Wei duduk di tengah kediamannya,
sekelompok prajurit bersiap menantikan gerombolan Shanhai. Seorang prajurit
mendekati Qin Sang dan meminta agar mereka menyerah saja, mereka sudah berjaga
sampai larut malam, para prajurit sudah kecapaian. Sementara yang mereka hadapi
adalah gerombolan jahat sekelas Shanhai. Tiba-tiba kembang api meledak di atas
kediaman Gubernur dan terdengar suara berkata,’ Gangguan dalam tiga kerajaan, layaknya
kebakaran sebuah istana. Hanya Gerombolan Shanhai yang sanggup mengatasinya’
Dengan berbekal pedang Kuinyin, Qin
Sang bertempur melawan 4 anggota gerombolan. Dengan menggunakan tenaga dalam
Energi, Qin Sang berhasil menaklukkan para penjahat. Pejabat memberi hormat
kepada Qin Sang atas keberhasilannya. ‘Hanya sebegini usaha mereka? Sungguh sia-sia’,
ujar Qin Sang sambil tersenyum. Tiba-tiba busur para prajurit terbang keluar
dari tempatnya dan berbalik menghabisi para prajurit. Qin Sang berusaha
mengelak dari serangan anak panah, tapi sebuah anak panah sempat menggoresnya.
Seorang pemuda berdiri di atas atap
dan tersenyum. ‘Rupanya, dari awal gerombolan Shanhai hanya mengirim satu orang
saja’, terka Qin Sang, ‘Dari awal kita terperangkap dalam penggunaan tenaga
dalam Mental yang dia gunakan’. Sementara para prajurit saling berkelahi antar
mereka. Dengan menggunakan tenaga dalam yang dimilikinya, Qin Sang berusaha
melawan si penjahat. Sayangnya, dia sudah terluka. Zi Yang, sang dayang,
memaksa Qin Sang untuk melarikan diri. Mereka pun berlari, sambil membawa lencana
Shanhai yang sempat direnggut.
Pagi hari, Xi Fan membagi tugas. Shitou
bertugas meracuni minuman dan makanan dengan obat tidur. Su Tang bergabung
dengan Xi Fan mengawasi waktu dan menyerang. Lu Ping menyisir ke tepi, duduk
sembari memeluk bungkusan. ‘Lu Ping, kamu mau apa?’, ‘Kan aku hanya
mengawasi?’, ‘Bungkusan itu isinya apa?, ‘Makanan’, ‘Kita dalam tugas
penyelamatan, bukan piknik!’, ‘Tapi mengawasi kan perlu makan. Kalau pun bukan
aku yang makan, aku bisa kasih ke Su Tang’ sergah Lu Ping. Xi Fan kehabisan
kata-kata.
Shitou meminta Xi Fan tidak
menghiraukan Lu Ping dan melanjutkan tugas saja.
Qin Sang dan Zi Yang masih berada di
dalam hutan. Mereka berlari semalaman, tetapi pembunuh dari Shanhai tetap saja
mengejar mereka. Zi Yang menyarankan agar mereka kembali ke ibukota dan
melaporkan peristiwa ini ke Jendral Qin Qi. ‘Aku memilih tinggal di kota ini
agar bisa menghabisi gerombolan Shanhai. Tapi, ternyata aku berakhir seperti
ini. Mana aku punya muka untuk melapor ke Jendral?, ujar Qin Sang. Zi Yang mengeluarkan
lencana Shanhai dan beriktiar untuk tidak melepaskan lencana apapun yang
terjadi. Sementara, si pembunuh semakin mendekati. Zi Yang mengusulkan untuk
mengalihkan perhatian, sementara Qin Sang berlari ke Benteng Chuanyuan. Awalya Qin
Sang menolak. Tetapi Zi Yang mengingatkan kalau dia pun sudah berlatih tenaga
dalam Energi. Jadi, dia yakin akan bisa mengecoh si pembunuh.
Benteng Chuanyuan ternyata menjadi
ajang pernikahan Jin Ruyu yang diculik para bandit. Kepala Bandit menggoda Madam
Jin, ‘Kekasihmu kok tidak datang menyematkanmu?’, ‘Jangan khawatir. Kamu tahu kan
perguruan Zhaifeng? Perguruan Zhaifeng selalu membela kebenaran dan bersifat
kesatria. Begitu Guru Guo mendengar khabar ini, dia pasti akan menyelamatkanku.
Hari ini kalian tolong aku membuat satu pertunjukkan. Begitu dia datang dan
menyelamatkan sang putri dalam kesulitan, kita akan sama-sama beruntung. Aku
traktir kalian semua minuman gratis!’ Kata Madam Jin.
Qin Sang tiba di depan benteng.
Seorang anggota bandit melapor bahwa dia melihat adanya pergerakan. Sepertinya,
Perguruan Zhaifeng telah dekat. Mereka melanjutkan sandiwara ini dan membawa
Madam Jin ke Hall Pengantin.
Perguruan Zhaifeng mulai mejalankan
aksinya. Qin Sang menjatuhkan bandit yang membawa Madam Jin ke Hall Pengantin.
Madam Jin mengira Qin Sang utusan Guru
Guo. ‘Kamu tahu, Guru Gou itu bersikap seolah tak peduli. Tapi, di dalam
hatinya, dia tidak akan tahan untuk tidak menyelamatkan aku! Lalu kenapa kamu
datang sendiri, mana lainnya? Sejak kapan di Perguruan Zhaifeng ada murid
perempuan cantik?’ gecar Madam Jin ke Qin Sang. ‘Madam Jin, tolong buka
bajumu’, ‘Kenapa aku harus buka baju?’, ‘Jangan panic, aku pegawai pemerintah’.
Ketika Madam Jin mengetahui kalau Qin Sang adalah pegawai pemerintah Madam Jin
berniat melarikan diri dan dilumpuhkan oleh Qin Sang.
Xi Fan dan Su Tang berdiskusi
bagaimana menghadapi para bandit. Su Tang menyarankan dia yang akan menghabisi
para bandit dan Xifan bertugas menyelamatkan Madam Ji. Tapi, Xi Fan menolak
terburu-buru, karena dia berharap Dewa Bandit akan hadir membantu mereka. Su
Tang baru menyadari kalau Xi Fan pergi bukan untuk menyelamatkan Madam Jin,
tetapi untuk menangkap Dewa Bandit. Di masa lalu, ternyata Dewa Bandit mengintervesi
usaha penyelamatan Xi Fan, mengambil uang si kaya untuk dibagikan ke orang
miskin dan selalu berada selangkah di depan Xi Fan.
Su Tang menolak membantu. Selama ini,
Dewa Bandit selalu membantu mereka mengalahkan para penjahat, bahkan
menyelamatkan Xi Fan. Xi Fan berkelit bahwa Dewa Bandit itu penjahat yang merampok
orang-orang kaya. Su Tang bertanya, ‘Kakak bukan menangkap Dewa Bandit karena
dia penjahat. Tapi, aku rasa karena kakak terus menerus dikalahkan olehnya. Apa
kakak merasa malu?’. ‘Tidak juga. Guru memberikan aku lencana ketua murid, jadi
aku harus memberikan contoh’, ujar Xi Fan.
Para bandit bergelimpangan tertidur
setelah minum anggur yang diberi obat oleh Shitou. Sosok berbaju hitam melayang
mendekati sang pengantin. Xi Fan bergerak hendak menyelamatkan Madam Jin. Su
Tang menghentikan gerak Xi Fan, ‘Tunggu, kak. Sepertinya ada yang tidak beres’.
Angin bertiup dan menjatuhkan kerudung sang pengantin. Qin Sang melempar kedua
tusuk rambutnya ke sosok berjubah hitam. Mereka bertempur. Qin Sang mengarahkan
pedang Kuinyin ke dada sosok hitam. Sosok hitam menangkap bilah pedang, ‘Kamu
bukan Madam Jin’. Qin Sang menjawab, ‘Penjahat Shanhai sombong dan kasar,
jangan berharap kau bisa melarikan diri!’
Su Tang, ‘Penjahat Shanhai?’ sembari
menunjukkan muka khawatir
To be continued
No comments:
Post a Comment