Sunday, 10 May 2020

Legend of Awakening Ep 01



LEGEND OF AWAKENING

Network: iQiyi
Aired: 23 April 2020
Berdasarkan novel ‘Heaven Awakening Path’ ditulis oleh Hu Die Lian
(info dari mydramalist.com)

Pemain Utama:
Arthur Chen – Lu Ping
Ancy Deng – Su Tang
Cheng Xiao – Qin Sang
Dylan Xiong – Yan Xi Fan
Jerry Yu – Mo Lin
Shang Xuan – Ling Zi Yang

Setapak demi setapak, telapak kaki berdarah dari Lu Ping, dengan rantai terputus masih mengikat kakinya, berjalan terseok di lembah gunung bersalju. Lu Ping tidak sendiri, dia menggendong Su Tang di punggungnya.

Lu Ping sudah sangat kelelahan dan terjatuh. Dia bertanya pada adiknya, ‘Su Tang, apakah kamu baik-baik saja?’, ‘Kak, aku agak lapar’. Lu Ping mengambil serbuk salju, dan memberikan ke adiknya, ‘Anggap saja ini permen, agar membantumu makan…’. Setelahnya, sang kakak kembali menggendong adiknya dan berjalan. ‘Kak, kita mau ke mana?’, ‘Ke mana saja yang bisa membuat kita bertahan hidup…’

Negara bagian sedang berselisih dan dunia menjadi kacau balau. Zhai Wei dari kerajaan Dan memberontak and manjadikan marga Shuo berkuasa. Shuo berdiri berseberangan dari kerajaan Dan yang mundur ke arah utara. Dalam kondisi yang kacau, tren mempelajari ilmu bela diri dan tenaga dalam meningkat. Para pejuang mempelajari ilmu bela diri dan tenaga dalam.

Tenaga dalam terbagi dalam:
Visi, Suara, Energi, Pivot, Kekuatan dan Mental, ‘Keenam Tenaga Dalam
Visi berdasar pada penglihatan. Mereka yang menguasainya memiliki ketepatan dan kedalaman atas obyek yang dilihat. Seperti menggulung sutra dari kepompong. Tidak ada utas yang tidak terurai.
Suara berdasar pada kemampuan membedakan sumber suara. Mereka yang menguasainya mampun mendengarkan sekitar dengan sangat jelas. Meski dari jarak ribuan meter, mereka dapat menemukan asal suara.
Energi mengutamakan keseimbangan. Mereka yang menguasainya dapat bergerak seringan udara. Mereka dapat bergerak lebih cepat dari anak panah.
Pivot terletak pada kemampuan mengenali rasa. Mereka yang menguasainya memiliki ribuan kali lipat kemampuan untuk merasa dan mencium bau. Mereka bisa membedakan banyak jenis racun dan tanaman obat.
Kekuatan berkonsentrasi pada tenaga. Mereka yang menguasainya mampu mengangkat gunung, memindahkan daratan dan sungai. Mereka tidak akan terhentikan.
Mental berkonsentrasi pada kekuatan pikiran. Mereka yang menguasainya bisa mengatur pikiran orang lain. Kekuatan ini adalah yang paling misterius dari seluruh ke enam tenaga dalam. Mereka yang dipengaruhi pikirannya akan kehilangan akal sehatnya. Meski sudah berlatih seumur hidup, tetap sulit bagi ahli bela diri untuk menguasai keenam tenaga dalam ini.
Legenda menceritakan bahwa ada yang mereka yang lahir dengan penggabungan keenam tenaga inti. Meski demikian, mereka sangatlah sulit ditemukan. Mereka disebut ‘Sang Pembangkit’

Di puncak sebuah bukit, di perguruan Beidou, Jendral Qin Qi dikelilingi anggota pasukannya terlihat sedang melawan para pendekar berbaju putih. Wen Ge Cheng, sang penasihat Jendral, memberi masukan untuk jurus yang dipakai dan tenaga inti apa yang musti difocuskan untuk menerobos jurus ini. Jendral Qin Qi nyaris mengalahkan semuanya sampai Tetua Li Yao Tian mengambil pedang dari tangan Jendral. Selesai berlatih, Jendral Qin Qi memuji  Tetua Li Yao Tian untuk jurus yang baru dibuat. Sementara Tetua Li Yao Tian memuji Wen Ge Cheng yang menggunakan Pivot untuk membedakan jenis tenaga dalam yang digunakan dalam setiap gerak.
Jendral Qin Qi mengutarakan maksud kedatangannya. Kaisar meminta Tetua Li Yao Tian untuk bergabung dan mendidik prajurit Kekaisaran. Kaisar akan memberikan jabatan kehormatan apabila Tetua Li Yao Tian menerima tawaran ini.

Dalam perjalanan pulang, penasihat Wen Ge Cheng meminta maaf pada Jendral Qin Qi karena tidak berhasil membujuk Tetua Li Yao Tian, dan mengatakan bahwa meski pun Beidou menghasilkan pendekar dengan kemampuan terbaik, masih banyak perguruan lain yang bisa direkrut. Jendral Qin Qi mengatakan kalau dia lebih tertarik pada mereka-mereka yang memiliki kemampuan luar biasa.

Jendral Qin Qi mendengar suara dari balik rerumputan tinggi dan menembakkan anak panah ke sumber suara tersebut.  Seorang gadis muda dengan aliran tenaga dalam mengalir di matanya mengambil pedang dan membelah tepat di tengah. Dia berlari ke arah Jendral Qin Qi.

Penasihat Wen Ge Cheng menghormat kepada si gadis, ‘Baru beberapa hari berlalu, kemampuan Visi Nona Qin Sang berkembang pesat’. ‘Kak, kakak tadi memanahku, untung aku mengelak. Tapi bagaimana kalau kena Zi Yang?’ Jendral Qin Qi memarahi adiknya dan menegur Zi Yang. Qin Sang memeluk lengan kakak, dia mengikuti karena ingin mempelajari kepemimpinan kakaknya agar bisa membantu di masa depan, ‘Bukankah demikian pak penasihat?’. Penasihat Wen Ge Cheng tersenyum dan memuji Qin Sang.  Tiba-tiba Asisten Jendral menghampiri dengan membawa surat. ‘Jendral, ada pesan dari daerah Chan, mereka diserang dengan tenaga yang tidak dikenal dan berharap Jendral bisa datang membantu mengatasi serangan ini’. ‘Siapa yang berani menyerang?’ sang Jendral bertanya. ’Gerombolan Shanhai’, jawab asistennya. ‘Kita akan melewati kota Chenqiao. Minta mereka untuk bertemu di kota itu’. ‘Aku ikut’ sela Qin Sang. Jendral hendak memarahi dan melarang adiknya, tetapi membatalkan niat itu dan mengizinkan sang adik ikut. Pasukan Jendral berarak menuju kota Chenqiao.

‘Kegagahan Zhaifeng akan mengalahkan kegagahan Beidou’ terdengar teriakan yel-yel dari para murid perguruan Zhaifeng yang berlatih berlari sambil membawa keranjang berisikan batu. Tiba-tiba si pemimpin berhenti dan berbalik arah. ‘Ow, berat! Aku sudah tidak kuat lagi. Aku sudah tak mau bergerak!’. Lu Ping duduk di sisi jembatan dan menolak meneruskan latihannya. Para murid mengelilinginya. ‘Kak, aku bisa bawakan keranjangmu,’ kata Su Tang. Xi Fan menegur, ‘Tidak, tidak boleh membawakan keranjangnya. Kita harus latihan berlari 5 kilometer setiap harinya’, ‘Ayo lari!’. 

Lu Ping membalas, ‘Kakak adalah murid tertua. Bahkan Guru memuji tenaga dalam  kekuatan Kakak. Tidak adil!’ Rekan seperguruan menjawab, ‘Lu Ping, bahkan Su Tang itu seorang gadis. Kamu dengan postur setinggi 1.8 meter apa tidak malu?’ ‘Betul itu!’ teriak para murid lainnya. ‘Lu Ping kalau kamu begini terus bagaimana kita bisa mengalahkan Perguruan Beidou?’, ‘Kak, Perguruan Beidou itu apa?’. ‘Perguruan Beidou itu perguruan papan atas. Kita di Zheifeng, seragam saja dari kain bertambal. Kalau kita terus berteriak seperti ini, kita hanya akan menjadi bahan tertawaan saja’. ‘Betul!’ timpal para murid lainnya. Su Tang berdiri membela Lu Ping, ‘Kakak aku terluka. Kalau kalian mau melawan, lawan aku!’. ‘Xi Fan, pinggang aku keseleo. Aku tidak ikut latihan hari ini.’, ‘Hah, alasan basi! Tidak ada murid di Zhaifeng yang boleh mangkir. Tidak seorang pun, termasuk yang paling malas. Ayo bangun, jalan!’ tegas Xi Fan. Dengan sangat segan, Lu Ping pun berdiri melanjutkan latihan.

Pasukan Jendral Qin Qi tiba di kota Chenqiao. Penasihat  Wen Ge Cheng mengintip dari balik tirai kereta mengamati para penduduk kota. Para pelajar perguruan Zhaifeng berdiri di depan jalan yang diblokir. Lu Ping melihat wajah Wen Gencheng,  mengingatkan saat dia dirantai di penjara dan melihat sosok penyelamatnya. Dia melihat adiknya dan berdua mereka mundur, ‘Itu Wen Ge Cheng’. ‘Kamu yakin kak?’. ‘Aku yakin, aku sudah mencari tahu. Buat Xi Fan sibuk, aku akan segera kembali’, kata Lu Ping sembari berbalik mencari arah pasukan berjalan.

Xi Fan berbalik pada para murid, ‘Sepertinya, kita tidak bisa lanjutkan rute ini. Kita berbalik dan berlari ke arah Barat.’ Xifan melihat sekeliling, memastikan regunya lengkap. ‘Mana Lu Ping?’, tanya Xi Fan pada Su Tang yang berdiri sendiri. ‘Lagi ke kamar kecil’ Su Tang menjawab seraya berusaha mencegah Xi Fan mencari Lu Ping. Tidak berhasil. Xi Fan berlari mencari Lu Ping, dengan menggunakan tenaga dalam suara. Xi Fan berhasil mendeteksi suara kaki Lu Ping.

Jendral Qin Qi sampai di pos perhentian kota Chenqiao dan disambut pejabat dan Gubernur Wei. ‘Jendral, Anda pasti lelah. Mari kita masuk, kami telah menyediakan jamuan besar untuk Anda’. Jendral Qin Qi menjawab, ‘Ada yang meninggal dan kalian masih punya selera makan?’. Gubernur Wei tidak bisa berkata-kata kecuali menyilahkan Jendral.

Lu Ping melihat para tamu memasuki rumah Gubernur Wei. Dia mencoba masuk, tapi dihalangi prajurit yang berjaga. Asisten Jendral bertanya keperluan Lu Ping. Lu Ping ingin bertemu dengan penasihat Wen Ge Cheng untuk menyampaikan berita penting. Asisten Jendral menolak dan menyuruhnya pergi.

Jendral Qin memegang sebuah lencana. ‘Ini apa?’, ‘Itu adalah lencana gerombolah Shanhai’. ‘Lencana ini untuk apa?’, ‘Kami tidak tahu, Jendral. Setelah menerima badge ini beberapa perkumpulan di dunia persilatan biasanya menghilang atau dibantai. Perkumpulan Feng Ling dekat daerah Chan mengirimkan surat menyatakan mereka menerima lencana ini dan meminta kami membantu mereka.’ Pejabat berkata, ‘Jendral Qin Qi aku rasa ini hal yang sangat tidak biasa, karenanya kami meminta bantuan Jendral.

Penasihat Wen Ge Cheng menyampaikan kalau ini hanyalah sekedar pertentangan antar kelompok, lebih baik tetap Jendral tetap fokus pada Kompetisi Pertarungan Tenaga Dalam yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat.  Qin Sang menyela seharusnya pemerintah berusaha membantu rakyat, apalagi ada korban jiwa. Jendral Qin Qi menegur adiknya agar tidak membantah ucapan penasihat.  Penasihat Wen Ge Cheng menjelaskan bahwa dunia persilatan memiliki aturan main tersediri. Kalau seorang Jendral menintervensi dunia persilatan, maka dia justru menggangu aturan yang ada. Gubernur Wei mempunyai prasarana dan prajurit yang terlatih, juga surat ditujukan kepada Gubernur. Sudah selayaknya Gubernur Wei menyelesaikan masalah ini. Mendengar hal itu, para pejabat dan Gubernur Wei berlutut dan meminta maaf bahwa mereka bertindak tanpa berpikir dengan meminta Jendral Qin Qi mengatasi masalah ini. Jendral Qin Qi memutuskan masalah diselesaikan oleh Gubernur Wei dengan bantuan dari penasihat Wen Ge Cheng. Qin Sang ditegur karena bersikap tidak hormat dan diperintahkan pulang. Qin Sang berpikir kalau kakaknya tidak menyelesaikan, dia akan mengambil alih.

Lu Ping berusaha meloncati pagar kediaman Gubernur. Saat tangan Lu Ping nyaris berhasil meraih atap pagar, pinggangnya ditarik Xi Fan. Xi Fan mengingatkan Lu Ping untuk tidak mencari masalah dengan pemerintah, karena hukumannya mati. Saat bersamaan, penasihat Wen Ge Cheng memerintahkan para prajurit untuk menyelesaikan kasus ini sampai ke akarnya. Lu Ping mencoba mengejar kereta Wen, dan kembali ditarik Xi Fan, ‘Aku belum selesai dengan mendisiplinkanmu.’

Para pelajar Zhaifeng kembali dari latihan. Murid yang ada di perguruan Zheifang menyapa Xi Fan. Xi Fan berjalan dengan muka serius, dan menanyakan apakah Lu Ping ingat ajaran dari Guru Guo. Lu Ping bersandar di papan latihan, ‘Xi Fan, aku kan bodoh. Mana aku ingat ajaran Guru?’ ujarnya sambil tertawa.

Xi Fan mendesah, lalu melihat salah satu rekannya, Shitou, membawa dua buah kendi minuman dengan tutup berkoin. Shitou melempar salah satu kendi ke udara. Xi Fan memanah kendi dengan bantuan tenaga dalam visi, tepat pada sasaran. Dan mengambil anak panah kedua untuk memanah koin tepat pada bundaran tengah dan menancapnya di atas patung di halaman tempat berlatih.

‘Guru mengajarkan kita untuk melatih satu tenaga dalam dasar, lalu beranjak pada tenaga dalam kedua dan akhirnya kita harus mampu menguasai kelima tenaga dalam tersebut. Aku hanya menggunakan tenaga dalam  visi untuk melihat arah sasaran. Lu Ping, Guru juga mengajarkan memanah pada kita. Hari ini, kalau kamu berhasil melakukan apa yang aku lakukan, aku tidak akan menghukummu’, kata Xi Fan sambil memberikan busur pada Lu Ping.

Lu Ping menyetujui dan mulai memanah. Kendi terjatuh dan pecah tanpa kena anak panah, sementara anak panahnya sendiri meluncur dan tertancap di kolam. ‘Kau lihat kan? Aku itu tidak berbakat. Anak yang tidak berbakat sebaiknya bergulingan saja di tanah, lalu mencari pohon dan memeluknya. Kalau saja Xi Fan tidak menahan, aku pastinya sudah ikut pasukan Jendral ke Kaifeng dan hidup berkecukupan’.

‘Kamu anggota perguruan Zheifang. Kamu harus menghomati aturan yang berlaku. Meski kamu tidak tekun, kamu tetap tidak boleh mangkir, itu aturan pertama. Sejak kamu berlatih bela diri, meskipun tidak berbakat, kamu tidak boleh sombong, itu aturan kedua. Ketiga, dan ini yang terpenting, kamu menggangu para pejabat. Itu melawan aturan. Kalau pemerintah menemukan kesalahan pada dirimu, apa yang kamu pikir akan terjadi pada rekan-rekanmu? Kamu akan dihukum. Aku tak bisa mendiamkan itu. Para murid Zhaifeng, bersiaplah untuk menghukum Lu Ping!’

‘Kakak Xi Fan, aku tidak bisa membiarkan kakak memukul Lu Ping’. ‘Guru sedang pergi, dan aku mewakili Guru saat ini. Aku harus bertanggung jawab atas kejadian ini. Su Tang, kamu berbakat…’ Lu Ping menyela, ‘Kamu tidak boleh ragu (menghukum aku)’. Xi Fan meneruskan, ‘Kalau aku ragu menjalankan kewajiban aku, apa kata Guru nanti?’. ‘Apa pun kata Guru, aku akan selalu membela Lu Ping,’ kata Su Tang. ‘Bagus itu,’ Lu Ping menyemangati, ‘Aku serahkan hukuman ini padamu, dik’. Lu Ping berbalik arah dan berlari.

Tiba-tiba sebuah kendi memukul dahinya, ‘Guru…’ Lu Ping teringat saat dia terbaring di salju dan dahinya diketuk. Dia terbangun dan melihat seorang lelaki paruh baya mengulurkan tangan. ‘Tolong, selamatkan kami…’. Lelaki itu berkata, ‘Aku bisa menolongmu. Biayanya 5000 tael perak’. Kembali ke saat ini, Guru Gao melarang Xi Fan memukul Lu Ping.

‘Anak berandal, sini kamu. Berlutut, dan minta maaf ke Xi Fan. Anak ini berhutang 5000 tael perak ke aku. Kalau kamu memukulnya sampai mati, kepada siapa aku musti minta hutangnya?’. ‘Guru, Guru lebih parah dari Xi Fan’. Guru Gao mengurungkan niatnya memukul Lu Ping, dan memanggil Xi Fan. ‘Xi Fan, janda pemilik Restoran Ruyu diculik para bandit dan akan diperistri kepala bandit. Jin Ruyu punya harta banyak. Perguruan kita bocor di mana-mana, kita harus memperbaikinya sebelum musim dingin’ bujuk Guru Gao pada Xi Fan.

‘Para murid, tugas kalian besok akan dipimpin oleh Xi Fan dan Su Tang’.
‘Guru, aku kan payah, apa Guru tidak khawatir aku akan mengacaukan tugas ini?’, ujar Lu Ping.
‘Ya, kamu parah dalam bertempur. Tapi setidaknya kamu bisa berjaga. Kamu berlaku salah hari ini. Tidak ada makan malam buatmu, sana bersihkan dan sikat kandang kuda sampai bersih! Besok kamu bergabung dengan Xi Fan!’

Xi Fan tidak berniat menjalankan tugas tersebut. Guru Gao mengejar Xi Fan, ‘Xi Fan, bukannya kamu selalu mau menghukum para pembully dan membela yang lemah? Kita tidak bisa berdiam diri’. ‘Berapa banyak uang yang Guru inginkan?’, jawab Xi Fan. ‘Hei, pendekar harus menjunjung keadilan. Apa yang kamu katakan itu terlalu materialistis’. ‘Guru, beberapa tahun ini, Guru menyelamatkan beberapa orang. Tetapi Guru selalu meminta bayaran. Itu tidak pantas’. ‘Bukannya orang kaya membuat harta dari usahanya? Kalau semua pejuang seperti kamu, menyelamatkan orang miskin, lalu bagaimana dengan si kaya? Siapa yang akan meminta bayaran atas tindakan kebenaran? Apakah kebenaran membenci orang kaya dan berpihak pada orang miskin? Aku kecewa setelah semua didikan yang aku berikan bertahun-tahun ini. Haih…’. Lalu, Guru Gou berbisik pada Xi Fan, ‘Apa kamu khawatir tidak bisa mengatasi para bandit? Jangan khawatir, Dewa Bandit pasti datang membantu’.

Para murid melewati kandang kuda dan menertawakan Lu Ping. Su Tang datang mengendap dan memberikan bakpau untuk Lu Ping. Su Tang menyesal tidak bisa menghalangi Xi Fan dan menyebabkan Lu Ping dihukum. Lu Ping memberikan permen Osmanthus untuk Su Tang dan mengambil bakpau hangat. Mereka makan di depan padepokan.

‘Kak, kenapa kakak tidak cerita alasan kakak?, kata Su Tang. ‘Kenapa aku harus cerita?’, ‘Mereka tidak akan menertawakan kakak, kalau mereka tahu alasannya’. Lu Ping teringat arah panah yang dia tembakkan, panah tersebut tepat pada sasaran bulatan di tengah koin yang sengaja diarahkan ke kolam, sehingga tidak ada yang menyangka kalau sasarannya tepat. ‘Aku hanya tidak suka kalau mereka meledek kakak’, ujar Su Tang, ‘Membuat aku jadi hilang nafsu makan’. ‘Su Tang, kalau mereka mengetahui kemampuan aku, bukannya akan menjadi beban? Mereka akan meminta aku untuk tetap tinggal. Kan itu tidak bagus untuk kita?’, ‘Bukankah kita berniat setelah menemukan Wen Ge Cheng, kita akan meninggalkan Perguruan Zhaifeng’. ‘Kak, apakah gerombolan Shanhai akan menemukan kita di kota Chenqiao ini?’, ‘Jangan khawatir, Su Tang’, ‘Tapi, gerombolan Shanhai tidak pernah gagal’. ‘Adikku, kita sudah berhasil lepas dari mereka dan tetap hidup. Kita akan punya banyak waktu menjalani hidup kita,’ kata Lu Ping sambil memeluk adiknya.

Sang Gubernur Wei duduk di tengah kediamannya, sekelompok prajurit bersiap menantikan gerombolan Shanhai. Seorang prajurit mendekati Qin Sang dan meminta agar mereka menyerah saja, mereka sudah berjaga sampai larut malam, para prajurit sudah kecapaian. Sementara yang mereka hadapi adalah gerombolan jahat sekelas Shanhai. Tiba-tiba kembang api meledak di atas kediaman Gubernur dan terdengar suara berkata,’ Gangguan dalam tiga kerajaan, layaknya kebakaran sebuah istana. Hanya Gerombolan Shanhai yang sanggup mengatasinya’

Dengan berbekal pedang Kuinyin, Qin Sang bertempur melawan 4 anggota gerombolan. Dengan menggunakan tenaga dalam Energi, Qin Sang berhasil menaklukkan para penjahat. Pejabat memberi hormat kepada Qin Sang atas keberhasilannya. ‘Hanya sebegini usaha mereka? Sungguh sia-sia’, ujar Qin Sang sambil tersenyum. Tiba-tiba busur para prajurit terbang keluar dari tempatnya dan berbalik menghabisi para prajurit. Qin Sang berusaha mengelak dari serangan anak panah, tapi sebuah anak panah sempat menggoresnya.

Seorang pemuda berdiri di atas atap dan tersenyum. ‘Rupanya, dari awal gerombolan Shanhai hanya mengirim satu orang saja’, terka Qin Sang, ‘Dari awal kita terperangkap dalam penggunaan tenaga dalam Mental yang dia gunakan’. Sementara para prajurit saling berkelahi antar mereka. Dengan menggunakan tenaga dalam yang dimilikinya, Qin Sang berusaha melawan si penjahat. Sayangnya, dia sudah terluka. Zi Yang, sang dayang, memaksa Qin Sang untuk melarikan diri. Mereka pun berlari, sambil membawa lencana Shanhai yang sempat direnggut.

Pagi hari, Xi Fan membagi tugas. Shitou bertugas meracuni minuman dan makanan dengan obat tidur. Su Tang bergabung dengan Xi Fan mengawasi waktu dan menyerang. Lu Ping menyisir ke tepi, duduk sembari memeluk bungkusan. ‘Lu Ping, kamu mau apa?’, ‘Kan aku hanya mengawasi?’, ‘Bungkusan itu isinya apa?, ‘Makanan’, ‘Kita dalam tugas penyelamatan, bukan piknik!’, ‘Tapi mengawasi kan perlu makan. Kalau pun bukan aku yang makan, aku bisa kasih ke Su Tang’ sergah Lu Ping. Xi Fan kehabisan kata-kata.

Shitou meminta Xi Fan tidak menghiraukan Lu Ping dan melanjutkan tugas saja.

Qin Sang dan Zi Yang masih berada di dalam hutan. Mereka berlari semalaman, tetapi pembunuh dari Shanhai tetap saja mengejar mereka. Zi Yang menyarankan agar mereka kembali ke ibukota dan melaporkan peristiwa ini ke Jendral Qin Qi. ‘Aku memilih tinggal di kota ini agar bisa menghabisi gerombolan Shanhai. Tapi, ternyata aku berakhir seperti ini. Mana aku punya muka untuk melapor ke Jendral?, ujar Qin Sang. Zi Yang mengeluarkan lencana Shanhai dan beriktiar untuk tidak melepaskan lencana apapun yang terjadi. Sementara, si pembunuh semakin mendekati. Zi Yang mengusulkan untuk mengalihkan perhatian, sementara Qin Sang berlari ke Benteng Chuanyuan. Awalya Qin Sang menolak. Tetapi Zi Yang mengingatkan kalau dia pun sudah berlatih tenaga dalam Energi. Jadi, dia yakin akan bisa mengecoh si pembunuh.

Benteng Chuanyuan ternyata menjadi ajang pernikahan Jin Ruyu yang diculik para bandit. Kepala Bandit menggoda Madam Jin, ‘Kekasihmu kok tidak datang menyematkanmu?’, ‘Jangan khawatir. Kamu tahu kan perguruan Zhaifeng? Perguruan Zhaifeng selalu membela kebenaran dan bersifat kesatria. Begitu Guru Guo mendengar khabar ini, dia pasti akan menyelamatkanku. Hari ini kalian tolong aku membuat satu pertunjukkan. Begitu dia datang dan menyelamatkan sang putri dalam kesulitan, kita akan sama-sama beruntung. Aku traktir kalian semua minuman gratis!’ Kata Madam Jin.

Qin Sang tiba di depan benteng. Seorang anggota bandit melapor bahwa dia melihat adanya pergerakan. Sepertinya, Perguruan Zhaifeng telah dekat. Mereka melanjutkan sandiwara ini dan membawa Madam Jin ke Hall Pengantin.

Perguruan Zhaifeng mulai mejalankan aksinya. Qin Sang menjatuhkan bandit yang membawa Madam Jin ke Hall Pengantin. Madam Jin mengira Qin Sang  utusan Guru Guo. ‘Kamu tahu, Guru Gou itu bersikap seolah tak peduli. Tapi, di dalam hatinya, dia tidak akan tahan untuk tidak menyelamatkan aku! Lalu kenapa kamu datang sendiri, mana lainnya? Sejak kapan di Perguruan Zhaifeng ada murid perempuan cantik?’ gecar Madam Jin ke Qin Sang. ‘Madam Jin, tolong buka bajumu’, ‘Kenapa aku harus buka baju?’, ‘Jangan panic, aku pegawai pemerintah’. Ketika Madam Jin mengetahui kalau Qin Sang adalah pegawai pemerintah Madam Jin berniat melarikan diri dan dilumpuhkan oleh Qin Sang.

Xi Fan dan Su Tang berdiskusi bagaimana menghadapi para bandit. Su Tang menyarankan dia yang akan menghabisi para bandit dan Xifan bertugas menyelamatkan Madam Ji. Tapi, Xi Fan menolak terburu-buru, karena dia berharap Dewa Bandit akan hadir membantu mereka. Su Tang baru menyadari kalau Xi Fan pergi bukan untuk menyelamatkan Madam Jin, tetapi untuk menangkap Dewa Bandit. Di masa lalu, ternyata Dewa Bandit mengintervesi usaha penyelamatan Xi Fan, mengambil uang si kaya untuk dibagikan ke orang miskin dan selalu berada selangkah di depan Xi Fan.

Su Tang menolak membantu. Selama ini, Dewa Bandit selalu membantu mereka mengalahkan para penjahat, bahkan menyelamatkan Xi Fan. Xi Fan berkelit bahwa Dewa Bandit itu penjahat yang merampok orang-orang kaya. Su Tang bertanya, ‘Kakak bukan menangkap Dewa Bandit karena dia penjahat. Tapi, aku rasa karena kakak terus menerus dikalahkan olehnya. Apa kakak merasa malu?’. ‘Tidak juga. Guru memberikan aku lencana ketua murid, jadi aku harus memberikan contoh’, ujar Xi Fan.

Para bandit bergelimpangan tertidur setelah minum anggur yang diberi obat oleh Shitou. Sosok berbaju hitam melayang mendekati sang pengantin. Xi Fan bergerak hendak menyelamatkan Madam Jin. Su Tang menghentikan gerak Xi Fan, ‘Tunggu, kak. Sepertinya ada yang tidak beres’. Angin bertiup dan menjatuhkan kerudung sang pengantin. Qin Sang melempar kedua tusuk rambutnya ke sosok berjubah hitam. Mereka bertempur. Qin Sang mengarahkan pedang Kuinyin ke dada sosok hitam. Sosok hitam menangkap bilah pedang, ‘Kamu bukan Madam Jin’. Qin Sang menjawab, ‘Penjahat Shanhai sombong dan kasar, jangan berharap kau bisa melarikan diri!’

Su Tang, ‘Penjahat Shanhai?’ sembari menunjukkan muka khawatir
To be continued




No comments:

Post a Comment